INDONESIA GUDANGNYA HABITAT TANAMAN OBAT DUNIA - Halal Mart Amar Store HNI HPAI - Medan

Breaking

Sabtu, 17 Juli 2021

INDONESIA GUDANGNYA HABITAT TANAMAN OBAT DUNIA

 

Mengutif dari Gloria Samantha melalui Nationalgeographic.co.id, dengan judul
Indonesia Gudangnya Habitat Tanaman Obat Dunia

78 persen tumbuhan obat di Indonesia diperoleh melalui ekstraksi, hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan.

Indonesia merupakan negara yang kaya, dan kawasan hutannya merupakan sumber keragaman hayati. Banyak yang bisa dimanfaatkan dari hutan bagi kesejahteraan rakyat. Salah satu potensi yang patut dikembangkan adalah tumbuhan serat untuk bahan pakaian.

Kini, terungkap kalau hutan Indonesia pun menjadi habitat bagi 30.000 dari total sekitar 40.000 jenis tumbuh-tumbuhan obat yang telah dikenal di dunia. Jumlah tersebut mewakili 90 persen dari tumbuhan obat yang terdapat di wilayah Asia.
Lebih dari 1.000 jenis telah digunakan sebagai tumbuhan obat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berpotensi memberikan manfaat ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan bagi masyarakat.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan, Badan Litbang Kehutanan bekerja sama dengan Kelompok Kerja Nasional Tanaman Obat Indonesia (Pokjanas TOI) menyelenggarakan seminar bertopik “Hutan dan Tumbuhan Obat untuk Kesejahteraan Masyarakat” pada 10 - 12 September 2013 di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat.

Seminar yang dihadiri lebih dari 200 orang akademisi, peneliti, praktisi, LSM serta institusi pemerintah ini menjadi ajang berbagi informasi hasil-hasil penelitian terbaru mengenai tumbuhan obat, serta membangun hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antara sektor hulu dan hilir dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang lestari dan berkelanjutan.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan yang baru meliputi 20 persen dari 1.168 suku etnis di Indonesia, telah didapatkan lebih dari 1.500 formula yang diramu dari 24.927 jenis nama lokal tanaman obat di Indonesia. Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Pokjanas TOI Indah Yuning Praptijuga menegaskan bahwa, “Merupakan suatu tanggungjawab bersama untuk melindungi dari kepunahan serta pencurian hayati (biopiracy)”.
Kepala Badan Litbang Kehutanan Iman Santoso menyebutkan sebagian besar tumbuhan obat di Indonesia (78 persen) diperoleh melalui ekstraksi (pengambilan langsung) dari hutan, dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan.

“Beberapa jenis tumbuhan obat, seperti gaharu, sudah mulai banyak menarik minat masyarakat untuk membudidayakannya. Namun demikian sebagian besar lainnya masih tergolong belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, seperti halnya tumbuhan jernang atau Dragon Blood yang masih dipungut dari tumbuhan alami di hutan.”
Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian kawasan hutan dengan meningkatkan pemahaman para pihak, serta merumuskan strategi pengembangan tumbuhan obat melalui pemanfaatan yang lestari yang merupakan tujuan utama diselenggarakannya seminar ini. Salah satu pembicara kunci, Anthony B. Cunningham, profesor asal University of Western Australia, menyampaikan bagaimana pandangan global dalam tumbuhan obat dan perawatan kesehatan.

Dalam seminar ini juga dibahas secara komprehensif khususnya tiga jenis tumbuhan obat, yaitu Gaharu (dihasilkan dari berbagai jenis tumbuhan, terutama Aquillaria malaccensis), Rotan Darah (Daemonorops draco), dan Secang (Caesalpinia sappan).
Selama dua hari seminar juga dibahas sebanyak 36 makalah yang dipresentasikan seputar sistem produksi tanaman obat, pengolahan tanaman obat, hingga pemasaran, kebijakan, kelembagaan tanaman obat.

Juga mengutif  Dian Maharani melalui KOMPAS.com dengan judul  “Indonesia Gudang Bahan Baku Obat Herbal” Indonesia disebut sebagai negara dengan biodiversitas atau keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Indonesia memiliki sekitar 30.000 tanaman dan 940 di antaranya merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat.

Menurut Executive Director DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Science) PT Dexa Medica, Dr. Raymond R Tjandrawinata, fakta tersebut menunjukkan, bahwa Indonesia bisa menjadi sumber bahan baku obat herbal.

Dengan melakukan riset, bahan baku alami dari Indonesia bisa menjadi obat fitofarmaka atau obat herbal yang setara dengan obat modern.

"Banyak bahan baku dari Indonesia yang bisa dikembangkan dengan modern. Indonesia tidak kalah dengan luar negeri," ujar Raymond dalam diskusi di kawasan industri Dexa Medica di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (27/1/2016).

Raymond mengatakan, bahkan banyak orang dari luar negeri yang mencari bahan baku dari Indonesia. Untuk itu, menurut Raymond, sangat disayangkan jika Indonesia sebagai gudang bahan baku herbal tidak bisa memanfaatkannya menjadi fitofarmaka.

Diungkapkan Raymond, saat ini hanya ada 7 fitofarmaka, 43 herbal terstandar, dan sekitar 9000 jamu. Menurut Raymond, kualitas produk fitofarmaka tak kalah dengan obat modern atau obat kimia.

Ia mencontohkan, saat ini sudah ada beberapa obat herbal modern yang bersumber 100 persen dari bahan baku alami di Indonesia.

Obat herbal modern itu antara lain, obat untuk penyakit diabetes, batuk, pelancar sirkulasi darah, hingga membantu pengobatan kanker payudara. "Jika fitofarmaka dikembangkan, Indonesia bisa mengurangi impor obat dan mampu bersaing di era MEA," kata Raymond.

Dengan melihat kedua kutipan diatas, mengungkap potensi yang luar biasa dari pada sumber daya alam Indonesia yang harus terus dijaga agar tetap lestari dan juga bisa dimaksimalkan pemanfaatannya, sehingga dapat mengurangi impor obat dan mampu bersaing di era MEA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar