Kisah Pasangan Yang Berusaha Mendapatkan Keturunan - Halal Mart Amar Store HNI HPAI - Medan

Breaking

Kamis, 17 Juni 2021

Kisah Pasangan Yang Berusaha Mendapatkan Keturunan

 Yuk mari kita lihat beberapa kisah dari pasangan-pasangan suami istri dalam proses ikhtiarnya untuk mendapatkan anak yang mereka dambakan. Cerita ini berdasarkan pengalaman nyata lho… dikisahkan kembali di artikel ini tanpa menyertakan identitasnya. Bacalah dan ambil manfaatnya.


Kisah pertama

Ini adalah kisah dari pasangan suami istri yang akhirnya dikaruniai anak setelah menunggu selama 5 tahun sejak awal menikah.

Di bulan-bulan awal pernikahan, mereka masih menikmati masa bulan madunya tanpa terbebani harapan untuk segera punya anak. Begitu melewati masa 1 tahun dan belum juga ada tanda-tanda kehamilan, pasangan ini mulai melakukan konsultasi ke dokter kandungan. Mula-mula hanya pihak istri yang memeriksakan diri. Dokter kandungan menyatakan bila pihak istri sehat dan normal, sehingga dokter hanya memberikan vitamin penambah kesuburan.

Dua tahun berlalu, ternyata belum juga ada perkembangan baru ke arah hadirnya buah hati yang didambakan. Maka pasangan ini pun mulai mencari informasi dokter kandungan lain yang dianggap lebih berpengalaman dalam membantu proses untuk mendapatkan keturunan. Kali ini suami ikut memeriksakan diri karena perlu diketahui kondisi kedua belah pihak agar keinginan memiliki anak bisa segera terwujud. Ternyata diperoleh hasil diagnosa bila kualitas dan jumlah sperma sang suami kurang dari batas normal, bahkan dokter memvonis bila pasangan ini tidak bisa punya anak dalam kondisi seperti ini.

Sudah pasti hal ini menimbulkan kesedihan yang luarbiasa pada pasangan ini. Namun dengan cara  komunikasi yang baik dan sikap saling mendukung, mereka berdua bisa melewati proses ini dengan baik karena kondisi hati yang lebih tenang. Memang salah satu hal yang bisa membuat ikhtiar memperoleh keturunan menjadi lebih runyam adalah karena kurang ada kerjasama, komunikasi yang selaras dan ketenangan perasaan dalam rumah tangga.

Ikhtiar selanjutnya difokuskan pada pemulihan kualitas sperma dari pihak suami. Mereka berdua berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi (dokter spesialis sistem reproduksi laki-laki). Dokter itu memberikan vitamin dan suplemen untuk meningkatkan jumlah sperma sekaligus meningkatkan kualitas sperma.

Selain itu dokter juga memberikan saran jenis makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi dan jenis yang lebih baik dihindari agar harapan memiliki keturunan ini segera tercapai. Misalnya tauge, selama ini dikenal sebagai makanan untuk meningkatkan kesuburan, ternyata ini baik dikonsumsi oleh wanita, tapi tidak untuk pria. Begitu juga dengan pisang, pihak suami disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan ini.

Diluar pengobatan medis tersebut, pasangan ini sering melakukan puasa dengan niat untuk membersihkan diri dari efek ucapan-ucapan yang tidak mereka sadari. Membersihkan hati, menambah kualitas ibadah dan berdo’a semoga segera diberikan keturunan. Pasangan ini pun sering mendo’akan orang lain yang juga menginginkan segera mendapatkan keturunan, harapannya berkah do’a yang baik akan kembali pada mereka juga.

Setelah telaten menjalani ikhtiar baik secara medis, mengkonsumsi suplemen alami, mengatur pola hidup sehat, menjaga ketenangan hati dan pikiran pernikahan. Disertai dengan ikhtiar berbasis spiritual, sang istri akhirnya hamil dan melahirkan setelah 5 tahun menjalani pernikahan.

meningatkan kualitas sperma pria

 


Kisah kedua

Kisah ini dialami oleh pasangan yang setelah 5 tahun, sang istri bisa hamil dan tengah menanti buah hatinya. Penyebab terhambatnya proses menuju kehamilannya adalah karena penyakit endometriosis. Penyakit ini diketahui keberadaannya 3 bulan setelah mereka berdua menikah.

Endometriosis adalah suatu penyakit yang menyerang sistem reproduksi wanita. Yaitu adanya jaringan endometrium (lapisan dalam rahim) yang tumbuh dan berkembang di luar rongga rahim. Jaringan endometrium pada wanita ini sudah sangat parah dan menyumbat aliran sel telur dalam saluran tuba falopi sebelah kanan.  Karena ovarium (sel indung telur) sebelah kanan sudah tidak berfungsi lagi, maka sang istri harus menjalani operasi pengangkatan endometriosis berikut ovarium kanan.

Selama 6 bulan berikutnya, sang istri menjalani terapi medis untuk memastikan dirinya bersih dari jaringan endometriosis yang ada. Baru setelah dinyatakan kondisinya memungkinkan, pasangan ini bisa menjalani program kehamilan. Pihak dokter memberikan obat-obat untuk meningkatan kesuburan kandungan untuk membantu terwujudnya harapan mereka berdua. Selain terapi medis, pihak dokter juga mempersilakan pasangan ini apabila ingin menggunakan obat-obatan herbal alami untuk  terapi kehamilan.

Alternatif lain yang ditawarkan oleh pihak dokter adalah menjalani program bayi tabung. Namun pasangan ini memilih untuk menggunakan suplemen alami dan lebih berfokus pada jalan ikhtiar ibadah khusyuk agar segera hamil. Mengatur kondisi pikiran dan perasaan agar tetap tenang dan ikhlas menjalani prosesnya.

Penyakit endometriosis ini sempat muncul kembali, namun kali ini bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan tanpa melakukan operasi lagi. Pengertian, kerjasama dan saling mendukung antara kedua belah pihak menjadi poin utama kesuksesan mereka berdua dalam melewati proses ini.

Setelah 5 tahun menjalani pernikahan, dalam kondisi ovarium hanya tinggal satu (bagian kiri), pasangan ini mendapatkan anugerah pengabulan do’a dan harapan. Sang istri hamil dan pasangan inipun mendapatkan keturunan seperti yang diinginkan.

 

Kisah ketiga

Pasangan ketiga ini baru mendapatkan buah hati setelah melalui 8 tahun pernikahan mereka, dengan mengikuti program bayi tabung.

Dua tahun menikah dan belum dikaruniai anak membuat sang istri berinisiatif mengajak suaminya untuk berkonsultasi ke dokter. Pada awalnya sang suami menolak, alasannya karena tidak suka periksa ke dokter. Mungkin juga karena gengsi. Namun sang istri terus mendesak karena terwujudnya keinginan untuk memiliki anak itu perlu usaha dari kedua belah pihak. Apalagi setelah mendengar cerita dari salah seorang kerabat yang berhasil hamil setelah 12 tahun menikah, sang suami mau juga diajak konsultasi ke dokter.

Istri berkonsultasi ke dokter spesialis infertilitas (kesuburan wanita) sedangkan suami berkonsultasi pada dokter spesialis andrologi (kesuburan pria). Tes demi tes dilakukan untuk mendeteksi apakah mereka mengalami gangguan yang disebabkan oleh kuman torch, tes hormonal, HSG, dan tes kesuburan lainnya. Namanya juga demi mendapatkan keturunan, tidak menjadi masalah saat menjalani tes-tes tersebut.

Selama 2 tahun, rangkaian konsultasi dan terapi obat dan vitamin penambah kesuburan kandungan dilakukan. Belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Mereka berdua pun mencari terapi alternatif seperti minum jamu, pijat khusus program hamil dengan tujuan ikhtiar agar lekas hamil.

Setahun berlalu, pasangan ini konsultasi lagi ke dokter, siapa ahu sudah ada perubahan kondisi yang memungkinkan untuk segera hamil. Dokter menyarankan untuk menjalani program inseminasi IUI (Intra Uterine Insemination). Setelah menjalaninya ternyata belum juga berhasil. Dokter pun kembali menyarankan keduanya untuk mengikuti program bayi tabung IVF (In Vitro Fertilization).

Namun karena menginginkan kehamilan yang alami, pasangan ini kembali fokus ke terapi pijat. Semua jalan dilakukan. Mereka mengubah pola makan dan hanya mengkonsumsi makanan dan minuman alami bebas MSG. Mereka tidak lagi minum minuman bersoda dan minuman dalam kemasan. Mereka berhenti makan mie instant, mengurangi makan daging dan lain sebagainya.

Terapi alternatif lain yang dilakukan adalah terapi akupunktur (tusuk jarum), seminggu 2 kali terapi. Pengaruhnya terasa dengan kondisi badan yang menjadi jauh lebih sehat. 6 bulan berlalu, belum juga ada tanda-tanda kehamilan.

Menginjak usia 6 tahun pernikahan, pasangan ini kemudian mempertimbangkan kembali untuk mengikuti program In Vitro Fertilization (bayi tabung). Mulailah mereka berdua survey dokter dan klinik yang sesuai dengan kenyamanan dan keinginan mereka.

Proses pun dijalani, mulai dari suntik hormon, pengambilan sel telur dari pihak istri dan proses pengambilan sperma dari pihak suami, dan rangkaian proses lainnya. Setelah menunggu 2 minggu dari proses tersebut, sang istri dinyatakan hamil.

Hingga akhirnya di usia pernikahan yang ke-8, pasangan ini mendapatkan anak yang mereka idam-idamkan. Begitu panjang jalan yang mereka tempuh dan biaya yang mereka keluarkan demi untuk mendapatkan keturunan.

*******


Kisah-kisah diatas hanyalah 3 kisah diantara jutaan kisah perjuangan para pasangan untuk mendapatkan keturunan. Bisa jadi keduannya tidak ada gangguan kesuburan namun belum juga dikaruniai anak, bisa juga salah satu atau keduanya memiliki masalah yang perlu dicari solusinya bersama.

Mungkin selama ini  sebagian masyarakat kita lebih banyak menyalahkan pihak wanita sebagai penyebab utama belum punya anak. Benarkah demikian?

Menurut penelitian, dari 100% kemungkinan kehamilan, pihak suami dan istri masing-masing memiliki peran 40% menjadi penyebab belum juga mendapatkan keturunan. 20% sisanya adalah faktor lain yang berperan.

Apa saja sih faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan ditinjau dari sisi pria maupun wanita dan bagaimana cara mengatasinya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar